Sejarah membuktikan bahwa mahasiswa adalah agent of change; pembawa misi perubahan. Berbekal keilmuan yang didapatkan di almamaternya, peranan mahasiswa terhadap perubahan minus ke plus, negatif ke positif, bawah ke atas, cukup signifikan dibanding peranan pihak-pihak yang tidak bermodal keilmuan (baca: berstrata pendidikan tinggi). Hal ini dapat dimaklumi karena sudah merupakan kewajaran jika jenis perubahan sebagaimana tersebut di muka, akan lebih mudah terealisasi oleh gerakan tangan-tangan yang berpengetahuan. Maka mahasiswa setidaknya adalah bagian besar dari tangan-tangan yang berpengetahuan tersebut.
Asumsi bahwa mahasiswa adalah yang berpengetahuan sehingga menjadi pihak yang turut bertanggung jawab terhadap perubahan, diperkuat oleh Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari: Pendidikan-Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat. Terkhusus untuk mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya, keberadaan Tri Dharma Perguruan Tinggi bertambah dengan adanya tujuh misi IAIN Sunan Ampel Surabaya yaitu: meningkatkan profesionalitas dan akuntabilitas sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan keislaman dan ilmu -ilmu yang terkait berdasar standar nasional dan global; mengupayakan integrasi paradigma dan epistemol ogi ilmu umum-ilmu keislaman; mendidik mahasiswa menjadi warga masyarakat yang agamis; mengupayakan konseptualisasi ajaran dan pemikiran Islam agar dapat diaktualisasikan dalam kehidupan; mengembangkan penelitian kualitatif dan kuantitatif untuk pengembangan ilmu pengetahuan; meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pola pengabdian kepada masyarakat; dan mempertahankan nilai-nilai lama yang positif dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih positif.
Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi Pendidikan-Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat menuntut mahasiswa untuk
menguasai ketiga aspek tersebut. Ketiga aspek tersebut telah terjabarkan oleh
tujuh misi IAIN Sunan Ampel Surabaya sehingga tercapainya misi -misi tersebut, menjadi tugas mahasiswa untuk mewujudkannya. Beragam teori terkait dengan misi-misi tersebut di muka, telah didapatkan oleh mahasiswa sepanjang masa-masa kuliahnya. Sehingga menjadi tugas mahasiswa untuk mempraktekkannya (mengaplikasikannya). Artinya, mahasiswa sebagai
―orang dalamnya‖ perguruan tinggi berkewajiban untuk menjadi motor perubahan di berbagai bidang: ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan, agama, dan sebagainya. Dengan menjadi motor perubahan, maka tertunaikanlah Tri Dharma yang ketiga yaitu Pengabdian kepada masyarakat.
Maka sebagai media awal untuk memenuhi tanggung jawab mahasiswa dan untuk menunaikan Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut, perguruan tinggi IAIN Sunan Ampel Surabaya mencanangkan sebuah program yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang notebene juga merupakan penjabaran dari tujuh misi IAIN sebagaimana tersebut di muka.
Dalam program KKN yang merupakan perwujudan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi dan/atau penjabaran dari tujuh misi IAIN tersebut, selain sebagai sebuah bentuk pengabdian kepada ma syarakat, mahasiswa juga belajar bersama dengan masyarakat agar mahasiswa bisa mengaplikasikan ilmu pengetahuan (baca: teori) yang telah didapatkan. Program KKN juga bisa dijadikan semacam bentuk ujicoba keabsahan teori karena tidak bisa tidak, seiring dengan perjalanan waktu, terjadi pergeseran situasi dan kondisi yang terjadi di masyarakat. Benturan antara teori dengan realitas—banyak atau pun sedikit—pasti terjadi.sehingga perubahan yang diharapkan sulit bahkan tidak terwujudkan.
Fakta ini membuat format KKN yang telah berjalan sebelumnya (KKN Konvensional) layak untuk dikritisi karena dirasa belum mampu memberikan kontribusi yang maksimal (masyarakat hanya menjadi objek/bersifat pasif) serta belum mampu menjadikan mahasiswa memiliki kompetensi untuk melakukan proses pengabdian kepada masyarakat secara lebih progresif. Sehingga dimunculkan sebuah alternatif yaitu KKN Transformatif yang
merupakan upaya memasukkan ide-ide Participatory Action Research (PAR).
Sedangkan PAR sendiri merupakan sebuah pendekatan yang terumuskan atas dasar konsep Learning to Know, Learning to Do, Learning to Be, dan Learning to Live Together. Berdasar konsep tersebut, Participatory Action Research (PAR) secara berurutan tercirikan dengan tiga buah variabel utama yaitu: research (riset), action (aksi), dan participatory (partisipasi).
Dengan ketiga ciri tersebut, dapat dipahami bahwa KKN Transformatif dengan pendekatan PAR diawali oleh kegiatan riset (research), yaitu kegiatan yang dirupakan dengan melakukan penelitian yang diikuti dengan pemahaman yang detail dan mendalam terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi
di masyarakat. Setelah kegiatan riset mendapatkan hasil yang detail dan pemahaman yang mendalam, kegiatan selanjutnya adalah aksi (action), yaitu kegiatan yang dirupakan dengan melakukan pencarian solusi-solusi sekaligus poin-poin bentuk programnya. Meski demikian, berdasarkan konsep yang melandasi PAR, kedua kegiatan yang merupakan ciri PAR tersebut di muka harus dilaksanakan secara partisipatif (participatory). Artinya, dalam melakukan riset beserta pemahamannya maupun dalam berupaya mendapatkan solusi beserta bentuk -bentuk pelaksanaannya, harus melibatkan komponen utama yaitu masyarakat.
Uraian di depan menunjukkan bahwa KKN Transformatif dengan pendekatan PAR memiliki peran yang signifikan: masyarakat tidak hanya dijadikan sebagai obyek, tetapi juga menjadi subyek. Artinya, masyarakat dan mahasiswa bekerjasama dan bersama-sama menjadi subyek perubahan dengan mahasiswa berperan sebagai fasilitator, katalisator, animator, dan enabler dari transformasi tersebut.
B. TUJUAN KKN TRANSFORMATIF (KKN-PAR)
Selain berpegangan pada Tri Darma Perguruan Tinggi, program KKN Transformatif juga memiliki tujuan, umum dan khusus. Tujuan umumnya adalah untuk meningkatkan kualitas peran I AIN Sunan Ampel dalam rangka memberdayakan dan mengembangkan masyarakat melalui pendampingan
untuk mewujudkan masyarakat transformatif menuju kehiduan masyarakat
kritis yang agamis, berkeadilan, mandiri, dan demokratis. Sedangkan tujuan khusus KKN Transformatif IAIN Sunan Ampel Surabaya meliputi:
1. Meningkatkan kesadaran terhadap tanggung jawab sosial mahasiswa dan
civitas akademika terhadap kehidupan masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas intelektual mahasiswa dalam berbagai disiplin ilmu sebagai bekal untuk memberdayaan masyarakat
3. Menjadikan mahasiswa mampu--dan mau--belajar bersama masyarakat
untuk memahami dan memecahkan maslah sehingga memperoleh pengalaman dan pengetahuan dari kehidupan nyata di masyarakat.
4. Melatih kepekaan, empati, simpati, dan kepedulian sosial mahasiswa terhadap beragam masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
5. Menjadikan mahasiswa memilki sikap tanggap aksi dalam menangani permasalahan yang terjadi di masyarakat.
6. Memperkuat integrasi mahasiswa dengan masyarakat melalui partisipasi aktif bersama masyarakat dalam mengurai dan memecahkan masalah- masalah bersama masyarakat.
7. Membekali mahasiswa dengan ragam metode dan teknik sebagai sarana untuk menggali dan menggerakkan potensi yang ada di masyarakat.
8. Membentuk mahasiswa yang dinamis, konstruktif, dan reformatif yang
mampu mengadakan perubahan sosial melalui beragam improvisasi dan inovasi terhadap pola-pola pemecahan problem sosial.
9. Mensinergikan potensi keilmuan yang diperoleh mahasiswa di kampus dengan pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam rangka pemecahan problem sosial.
10. Mengubah paradigma pembinaan dan penyuluhan menjadi paradigma partisipatori dan transformatif dalam pemberdayaan masyarakat.
C. SASARAN DAN TARGET KKN
KKN Transformatif dengan pendekatan PAR yang merupakan bentuk
KKN alternatif yang diterapkan oleh IAIN Sunan Ampel Surabaya ini
bertempat di Desa Karangwinongan, Kecamatan Mojoagung Kab. Jombang.
Dengan tujuan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di masyarakat melalui tiga tahap: tahap research (penelitian), action (aksi) dan participatory. Artinya bahwa KKN Transformatif dengan pendekatan PAR bukanlah sebuah kegiatan yang insidental, sporadis, dan sektoral melainkan merupakan sebuah upaya sistematis, terpadu, dan berkelanjutan. Sehingga segala program yang nantinya dilaksanakan bersama masyarakat dapat tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan pokok masyarakat. Pada tahap selanjutnya, masyarakat dapat membaca kondisinya sendiri jika suatu saat mengalami suatu masalah tanpa meminta bantuan dari pihak luar sehingga masyarakat dapat hidup mandiri dalam segala aspek kehidupannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar